GameHers Summit 2023 Event

Gamers Cewek? Bagaimana pendapat kalian tentang itu? Payah? Baperan? Atau hanya pelengkap dan pemanis semata? Pada zaman serba digital sekarang ini, perempuan sudah banyak masuk ke dalam berbagai industri kerja. Sama halnya dengan industri gaming, kini para gamers pro sudah banyak diisi oleh perempuan.

Pada GameHers Summit 2023 yang diadakan di kantor PBESI Gandaria 8 Office tower, menghadirkan banyak narasumber menarik dari dunia E-sport dan juga bidang teknologi. Ada 2 tema utama yang dibawakan pada acara ini yaitu :


"SECRET RECIPE FOR WOMEN TO THRIVE ABOVE PREJUDICES IN GAMING INDUSTRY" 

dan

"UNVEILING INTELLIGENCE BEYOND BEAUTY"


Sebelum acara dimulai, tamu undangan dipersilahkan untuk lunch atau bisa juga mencoba bermain game di ruangan yang telah disediakan. Saya sendiri mencoba bermain game balap sebelum makan siang. 

Pengalaman pertama bermain game balap menggunakan layar Samsung Odyssey benar-benar menarik. Saat bermain kita bisa lebih fokus dan tenggelam dalam permainan. Bisa dibilang pandangan kita saat bermain, mirip seperti simulasi saat menggunakan mobil di kehidupan nyata.

Puas bermain game, saya dan beberapa Samsung Members yang lain mulai menyantap makan siang. Selama makan siang, saya bertemu dengan beberapa teman dari komunitas gamers. Beberapa di antaranya ada yang berasal dari media, dan ada juga yang menjadi komentator game (shoutcaster) sekaligus cosplayer.

Saya mendapat beberapa insight baru tentang komunitas game dari mereka. Senangnya lagi saya sebagai perempuan bisa mendapat relasi perempuan juga dari komunitas game. Karena biasanya jarang sekali bertemu dengan perempuan di komunitas game seperti itu.


Sesi Pertama

Pada sesi pertama, ada beberapa narasumber yang hadir di antaranya : Audrey Free Fire, SwanSage, Nona Berlian dan Debora Imanuella.

Masing-masing narasumber berbagi pengalaman mereka saat menggeluti dunia game sebagai perempuan dan gamers. Saya baru tahu jika perempuan di dunia gamers itu masih dipandang sebelah mata oleh laki-laki. Bahkan tindakan merendahkan yang diberikan oleh gamers laki-laki kerap dilakukan.

Kata-kata 'perempuan lebih baik di dapur' benar-benar menggambarkan keterbatasan perempuan dalam meniti karir. Seolah perempuan itu hanya cocok untuk di dapur saja. Padahal perempuan sendiri punya banyak potensi untuk bisa mengembangkan diri, bukan hanya sekedar urusan dapur. Bukan berarti ibu rumah tangga menjadi profesi yang rendah, tetapi jika perempuan hanya diidentikan dengan diam di rumah sebagai ibu rumah tangga, menurut saya itu salah besar. Perempuan seperti dikekang, tidak boleh memilih karir yang mereka sukai.

Salah satu narasumber juga menyebutkan kalau gamers perempuan juga sering dikatakan 'baperan'. Memang perempuan menggunakan perasaannya lebih besar dibandingkan laki-laki, tetapi tidak bisa dipukul rata seperti itu. Pada momen-momen tertentu, pria juga bisa 'baperan' jika harus mengalami kekalahan berturut-turut saat bermain.

Namun meski masih banyak dipandang sebelah mata, kini banyak gamers perempuan yang bermunculan. Bahkan beberapa di antara mereka juga berhasil memenangkan game pada kompetisi global lho!


Sesi Kedua

Pada sesi kedua, ada 3 narasumber yang hadir yaitu : Shinta Witoyo (pendiri Bubu.com), Revie Sylviana (Meta Director), dan juga Ellya (Enterprise Business Head Samsung Electronic Indonesia).

Mereka adalah perempuan-perempuan yang berhasil masuk dalam industri teknologi yang di dominasi oleh para pria dan memiliki jabatan yang tinggi pada karir mereka di sana. Sama seperti para gamers perempuan yang mendapat kesulitan dalam menjalani karirnya, mereka pun mengalami hal yang serupa. Tetapi mereka semua bisa membuktikan jika perempuan bisa berkontribusi dengan baik dan meraih jabatan yang tidak bisa dianggap enteng.

Dibalik kesuksesan mereka, ada tanggung jawab lain yang harus dipikul. Untuk yang sudah berumah tangga, mereka dituntut untuk bisa fokus pada keduanya, baik pada karir maupun keluarga. Sedangkan yang belum berumah tangga pun harus bisa membuktikan kalau karir yang mereka pilih tidak akan mengganggu kewajiban mereka sebagai anak.

Tuntutan karir dan keluarga yang harus mereka jalani tak membuat mereka menyerah, meski rasa lelah mental dan fisik menerpa. Mereka juga tak melupakan tanggung jawab mereka entah sebagai seorang istri, ibu ataupun seorang anak.

Kegiatan kali ini banyak membuka pandangan saya terhadap dunia gamers dan juga teknologi untuk perempuan. Saya berharap ke depannya perempuan bisa didukung untuk berkarya dan berkontribusi pada karir apapun yang mereka pilih.


Pada sesi terakhir, para narasumber foto bersama.


Nantikan artikelku yang lain ya teman-teman.